Pages

Rabu, 20 Agustus 2014

Just Opini

Siang itu, setelah pulang dari mewawancara orang Jepang saya memutuskan untuk singgah di Korean Corner. Dari sejak awal dibuka sampai sekarang saya baru sekali mengunjungi tempat ini. Sudah terbayang di benak saya pasti akan menyenangkan berada di tempat itu karena masih sepi pengunjung. Jadwal perkuliahan masih libur dan masih disibukkan dengan pnerimaan mahasiswa baru. Saya lebih suka sepi daripada ramai. jarang-jarang Korean Corner sepi dikarenakan animo mahasiswa yang sangat besar dengan hal-hal yang berbau Korea. 

Saat masuk, benar seperti dugaan saya, sepi. Hanya ada beberapa orang yang sibuk mendownload dan saya tahu pasti yang di download adalah pasti sesuatu yang berhubungan dengan Korea. Saya datang ke sini tujuan saya hanya ingin membaca. Saya malas untuk pulang ke kos cepat-cepat karena tidak akan ada hal yang akan saya kerjakan di sana alias kosong. "Membaca membunuh kejenuhan" itulah yang ingin saya lakukan. Bunyi perut yang keroncongan membuat saya semakin ingin membaca. Mau makan uang sudah tak cukup kiriman belum ada), hehe.

Saya tertegun seraya berpikir saat membaca sebuah wawancara dengan seorang bapak yang bekerja dengan ikhlas untuk memberi makan untuk tunawisma. Ia membuka dapur umum dengan nama Mindeullae Noodle House. Nama bapak itu Suh Young Nam.   Ia membuka dapur umum itu sejak 2003. baginya setiap pengunjung yang datang ke dapur umumnya adalah sebua VIP. Dalam benaknya setiap pengunjung adalah "Tamu terhormat yang dikirim oleh Tuhan." Empat prinsip yang tetap dipegangnya sejak membuka dapur umum tersebut adalah tidak menerima bantuan pemerintah, tidak mengadakan upaya penggalangan dana, tidak menerima donasi dari si kaya yang sombong, dan tidak membentuk sebuah grup supporter. 

Jika ia menerima bantuan dari pemerintah itu berarti dia harus membatasi pengunjungnya untuk mendapatkan jatah makanan perhari.  sebaliknya dia membuka dapaur umum dengan modal uang sedikit yang dikirimkan oleh donor individual dari seluruh daerah dengan bantuan sukarelawan. Para tetetangganya pun bermurah hati untuk memberikan donasi dalam bentuk yang lain. Dalam menjalankan dapur umumnya dia dibantu oleh sukarelawan dari pedagang ataupun pekerja kantoran yang menyempatkan diri libur sehari untuk menjadi relawan.

Saya jadi ingat pernah membaca salah satu postingan di blog (saya lupa apa nama blognya). Di postingan tersebut dia menceritakan pengalamannya di sebuah negara tentang pengalaman "Kopi ditangguhkan." saat masuk di sebuah caffe dia memperhatikan beberapa orang memesan kopi hangat dengan berkata "Satu kopi ditangguhkan." Dia bingung apa maksudnya dengan "kopi ditangguhkan". Setelah beberapa saat masuk seorang tunawisma di kafe tersebut dan bertanya pada pegawai Cafe tersebut apakah ada kopi yang ditangguhkan. Pegawai kafe itu pun memberikan kopi tersebut kepada tunawisma itu dan si tunawisma menerima kopi tersebut dan kemudian pergi. Dia akhirnya mengerti apa maksud dari "kopi yang ditangguhkan". Itu adalah cara lain memberi bantuan kepada orang lain (tunawisma) walaupun hanya sebuah kopi hangat (saat itu sedang musim dingin). 

Saya pun berpikir alangkah bagus ide tersebut jika diterapkan di Indonesia yang memiliki penduduk yang sangat banyak dengan jumlah kemiskinan yang masih tinggi. Indonesia yang dalam UUD 45 bahkan dengan jelas tertulis "Orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara" tetapi berbeda jauh dengan kenyataan yang terlihat. Hal ini sangat miris karena pemerintah masih belum mampu menjalankan apa yang harus di lakukan pada masyarakatnya. Memang benar Indonesia tidak memiliki undang-undang untuk memberi tunjangan pada tunawisma seperti di negara-negara maju lainnya. Tapi, bukankah dipelihara lebih baik daripada diberi tunjangan? Saya rasa pemerintah dengan sangat keras disinggung setelah pemberitaan tentang seorang mahasiswa S2 lulusan UI yang meminta agar dirinya dilegalkan untuk suntik mati. Ini adalah bentuk suara masyarakat yang tak dipedulikan. Jangan sampai muncul lebih banyak lagi orang-orang yang ingin melakukan hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih