Pages

Rabu, 26 Oktober 2016

TALK WITH RAIN (4)


Malam ini udara sedikit dingin mungkin karena hujan tadi sore yang masih menyisakan dinginnya untuk malam ini. Tirai merah maroon melambai-lambai ditiup angin dari jendela yang masih terbuka. Saat aku berniat untuk menutupnya mataku menangkap sosok yang melambaikan tangannya sembari tersenyum. Aku bergegas ke beranda untuk menemuinya. Kudapati ia duduk di kursi kayu favoritku sedang menatap tanaman bunga yang ada di depannya. Ia menyadari langkah kakiku dan kemudian menoleh. Tangan kanannya mengisyaratkan padaku untuk duduk di sampingnya. Aku memilih duduk di seberangnya. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang sedikit mengabaikannya.
Seperti biasa, hanya diam tanpa bicara keheningan terasa merambat dan  menggantung di atas kepala menjadikan udara dingin semakin terasa.  Serasa beku.
“Aku datang untuk menjengukmu.” Ucapmu memecah kebekuan. “Aku senang kali ini aku tepat waktu. Tadinya aku khawatir karena mungkin kau tak akan menyadarinya seperti waktu itu.” Ia tersenyum menatapku.

Senin, 24 Oktober 2016

TEGURAN



Deru suara mobil dan motor yang berseliweran menyadarkanku. Ah, sudah berapa lama aku duduk membaca di sini? Buku yang ku baca masih tersisa banyak halaman yang menunggu untuk dibaca tapi rasa malas lebih dulu menggerogoti diriku. Ku urungkan untuk melanjutkan bacaanku. Ku pandangi buku yang ada di tanganku. Buku asing, sama sekali tak ku kenal dan anehnya berada di tanganku dan aku tak tahu darimana buku ini kudapat. Aku membacanya. Mungkin berusaha untuk membacanya. Kata-kata di dalamnya begitu sulit ku pahami. Apakah karena buku ini berbahasa asing? Ah, tidak. Buku ini dalam bahasa yang ku mengerti, tapi mengapa tak bisa ku pahami? Sebegitu susahnya kah?

TALK WITH RAIN (3)



Ku buka mataku sedikit terpaksa dengan perasaan tak rela malam berganti pagi. Entahlah, akhir-akhir ini aku merasa malas menyambut pagi. Ada apa denganku? padahal pagi tak pernah sekalipun mengecewakanku. Maafkan aku, izinkan aku membencimu sekali ini saja.  Mataku terbelalak melihat sosok yang duduk di samping tempat tidurku. Apakah aku belum sepenuhnya terbangun? ini pasti mimpi. Tapi ini tak sepenuhnya mimpi, sosok itu muncul lagi, duduk memandangku dalam diam. Aku bangun dan duduk memandang balik padanya. Dia masih diam memandangku dengan tatapan yang tak ku mengerti.
Tidak, ini pasti mimpi.