Ku buka mataku sedikit terpaksa
dengan perasaan tak rela malam berganti pagi. Entahlah, akhir-akhir ini aku
merasa malas menyambut pagi. Ada apa denganku? padahal pagi tak pernah
sekalipun mengecewakanku. Maafkan aku, izinkan aku membencimu sekali ini saja. Mataku terbelalak melihat sosok yang duduk di
samping tempat tidurku. Apakah aku belum sepenuhnya terbangun? ini pasti mimpi.
Tapi ini tak sepenuhnya mimpi, sosok itu muncul lagi, duduk memandangku dalam
diam. Aku bangun dan duduk memandang balik padanya. Dia masih diam memandangku
dengan tatapan yang tak ku mengerti.
Tidak, ini pasti mimpi.
Aku
yakin seratus persen. Karena kalau ini bukan mimpi bagaimana bisa dia masuk
begitu saja ke dalam kamarku? Ini pasti mimpi, aku sedang bermimpi. Aku
memandangnya sembari tersenyum. Dia hanya diam tak tersenyum dan hanya terus
memandangku.
“Kapan kau datang? Tanyaku
mencoba mencairkan suasana.
“Semalam.”
“Maksudku, sejak kapan kau
berada di sini, duduk di sini?
“Semalam.” Jawaban yang sama.
Singkat, padat, dan jelas.
“Apa? Jadi semalaman kau duduk
di sini? Bagaimana kau bisa masuk? Aku tak merasa ada yang masuk ke sini
semalam.” Panjang lebar aku bertanya dan setengah tak percaya dengan
jawabannya.
Dia hanya tersenyum. “Apakah kau
lupa aku bisa datang kapan saja? Aku hanya datang ingin melihatmu barang
sebentar. Tapi ternyata kau tak menyadari kedatanganku. Aku tak ingin pergi
tanpa kau melihatku. Itu sebabnya aku menunggumu di sini sampai kau terbangun.”
Kau berjalan menghampiri jendela yang masih tertutup dan kemudian membukanya.
“Ah, aku lupa kau memang selalu
seperti itu. Datang dan pergi semaunya. “ ucapku sedikit sinis. “Lagipula untuk
apa? Toh tak akan ada yang berubah. Kau hanya datang sebentar dan kemudian
pergi lagi. Bukannya selalu seperti itu? Kenapa kali ini kau ragu? Aku
merasakan suaraku bergetar.
“Kau benar. Memang selalu
seperti itu tapi kali ini aku merasakan ada sesuatu yang berubah.” Kau berbalik
dan berjalan ke arahku yang masih duduk tegang di tempat tidur.
“Itu hanya perasaanmu saja.
Bagiku tak ada yang berubah.” Aku bangkitdari tempat tidur dan mulai
membereskannya.
“Tidak. Bagiku ada yang berubah….
kau berubah. Ini pertama kalinya kau tak menyadari kehadiranku. “
Aku menangkap ada nada cemas di
sana. “Ah, mungkin karena aku tidur lelap jadi tak menyadarinya.”
“Tidak, bukan karena itu.
Sepertinya kau sudah melupakanku?
Gerakan tanganku yang sedang
melipat selimut terhenti. “Entahlah, Aku memiliki hal lain yang sedang ku
khawatirkan dan mungkin tanpa sadar merubah posisimu.” Lupa? Sepertinya kata
itu kurang tepat untuk menggambarkannya. “ Ku hampiri dirinya dan duduk di
sampingnya. “Apakah kita memiliki ikatan seperti mengingat dan diingat,
melupakan dan dilupakan ? aku rasa tidak. Kita hanyalah orang asing yang tak
sengaja bertemu dan entah bagaimana saling terhubung satu sama lain. Alam yang
mengetahui rahasianya dan maksud di balik ini semua. “ Kau memandangku dengan
perasaan yang masih tak bisa ku tebak.
“Karena aku sudah melihatmu dan
kau sudah memastikan aku telah melihatmu, sudah saatnya kau pergi. Aku yakin
kau punya hal lain yang harus dilakukan.” Aku bangkit dari tempat dudukku.
Seketika itu aku merasa sesuatu menahanku untuk berdiri. Genggaman tangan yang
kuat.
“Baiklah, aku pergi. Senang
melihatmu lagi.” Kau mengacak-acak rambutku kemudian beranjak dari tempat
tidurku dan menghilang di balik pintu. “Senang melihatmu lagi.” Ucapku dalam
hati memandang kelebat bayanganmu yang menghilang.
TO
BE CONTINUED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih