Pages

Senin, 24 Oktober 2016

TALK WITH RAIN (3)



Ku buka mataku sedikit terpaksa dengan perasaan tak rela malam berganti pagi. Entahlah, akhir-akhir ini aku merasa malas menyambut pagi. Ada apa denganku? padahal pagi tak pernah sekalipun mengecewakanku. Maafkan aku, izinkan aku membencimu sekali ini saja.  Mataku terbelalak melihat sosok yang duduk di samping tempat tidurku. Apakah aku belum sepenuhnya terbangun? ini pasti mimpi. Tapi ini tak sepenuhnya mimpi, sosok itu muncul lagi, duduk memandangku dalam diam. Aku bangun dan duduk memandang balik padanya. Dia masih diam memandangku dengan tatapan yang tak ku mengerti.
Tidak, ini pasti mimpi.
Aku yakin seratus persen. Karena kalau ini bukan mimpi bagaimana bisa dia masuk begitu saja ke dalam kamarku? Ini pasti mimpi, aku sedang bermimpi. Aku memandangnya sembari tersenyum. Dia hanya diam tak tersenyum dan hanya terus memandangku.
“Kapan kau datang? Tanyaku mencoba mencairkan suasana.
“Semalam.”
“Maksudku, sejak kapan kau berada di sini, duduk di sini?
“Semalam.” Jawaban yang sama. Singkat, padat, dan jelas.
“Apa? Jadi semalaman kau duduk di sini? Bagaimana kau bisa masuk? Aku tak merasa ada yang masuk ke sini semalam.” Panjang lebar aku bertanya dan setengah tak percaya dengan jawabannya.
Dia hanya tersenyum. “Apakah kau lupa aku bisa datang kapan saja? Aku hanya datang ingin melihatmu barang sebentar. Tapi ternyata kau tak menyadari kedatanganku. Aku tak ingin pergi tanpa kau melihatku. Itu sebabnya aku menunggumu di sini sampai kau terbangun.” Kau berjalan menghampiri jendela yang masih tertutup dan kemudian membukanya.
“Ah, aku lupa kau memang selalu seperti itu. Datang dan pergi semaunya. “ ucapku sedikit sinis. “Lagipula untuk apa? Toh tak akan ada yang berubah. Kau hanya datang sebentar dan kemudian pergi lagi. Bukannya selalu seperti itu? Kenapa kali ini kau ragu? Aku merasakan suaraku bergetar.
“Kau benar. Memang selalu seperti itu tapi kali ini aku merasakan ada sesuatu yang berubah.” Kau berbalik dan berjalan ke arahku yang masih duduk tegang di tempat tidur.
“Itu hanya perasaanmu saja. Bagiku tak ada yang berubah.” Aku bangkitdari tempat tidur dan mulai membereskannya.
“Tidak. Bagiku ada yang berubah…. kau berubah. Ini pertama kalinya kau tak menyadari kehadiranku. “
Aku menangkap ada nada cemas di sana. “Ah, mungkin karena aku tidur lelap jadi tak menyadarinya.”
“Tidak, bukan karena itu. Sepertinya kau sudah melupakanku?
Gerakan tanganku yang sedang melipat selimut terhenti. “Entahlah, Aku memiliki hal lain yang sedang ku khawatirkan dan mungkin tanpa sadar merubah posisimu.” Lupa? Sepertinya kata itu kurang tepat untuk menggambarkannya. “ Ku hampiri dirinya dan duduk di sampingnya. “Apakah kita memiliki ikatan seperti mengingat dan diingat, melupakan dan dilupakan ? aku rasa tidak. Kita hanyalah orang asing yang tak sengaja bertemu dan entah bagaimana saling terhubung satu sama lain. Alam yang mengetahui rahasianya dan maksud di balik ini semua. “ Kau memandangku dengan perasaan yang masih tak bisa ku tebak.
“Karena aku sudah melihatmu dan kau sudah memastikan aku telah melihatmu, sudah saatnya kau pergi. Aku yakin kau punya hal lain yang harus dilakukan.” Aku bangkit dari tempat dudukku. Seketika itu aku merasa sesuatu menahanku untuk berdiri. Genggaman tangan yang kuat.
“Baiklah, aku pergi. Senang melihatmu lagi.” Kau mengacak-acak rambutku kemudian beranjak dari tempat tidurku dan menghilang di balik pintu. “Senang melihatmu lagi.” Ucapku dalam hati memandang kelebat bayanganmu yang menghilang.

TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih