Malam ini
udara sedikit dingin mungkin karena hujan tadi sore yang masih menyisakan
dinginnya untuk malam ini. Tirai merah maroon melambai-lambai ditiup angin dari
jendela yang masih terbuka. Saat aku berniat untuk menutupnya mataku menangkap
sosok yang melambaikan tangannya sembari tersenyum. Aku bergegas ke beranda
untuk menemuinya. Kudapati ia duduk di kursi kayu favoritku sedang menatap
tanaman bunga yang ada di depannya. Ia menyadari langkah kakiku dan kemudian
menoleh. Tangan kanannya mengisyaratkan padaku untuk duduk di sampingnya. Aku memilih
duduk di seberangnya. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang sedikit mengabaikannya.
Seperti
biasa, hanya diam tanpa bicara keheningan terasa merambat dan menggantung di atas kepala menjadikan udara
dingin semakin terasa. Serasa beku.
“Aku
datang untuk menjengukmu.” Ucapmu memecah kebekuan. “Aku senang kali ini aku
tepat waktu. Tadinya aku khawatir karena mungkin kau tak akan menyadarinya
seperti waktu itu.” Ia tersenyum menatapku.
Aku hanya
diam sibuk dengan pikiranku sendiri. Kedatangannya kali ini tak seperti
sebelumnya. Jedanya sangat tipis. Kurasa baru dua hari berselang ketika dia tiba-tiba
datang mengunjungiku. Kali ini dia datang lagi. Tumben. “Ku rasa pertanyaan
yang bodoh jika aku bertanya kau tau darimana kalau aku sedang tidak sehat,
kan? Ujarku.
“Kau
selalu tahu kabarku, tahu semua tentangku, dan entah kenapa aku merasa seperti
itu adalah hal biasa yang tak seharusnya diributkan. Entah kenapa, aku dengan
suka rela menerima keadaan yang seperti ini....” hening sejenak. “Terkadang kau
sangat kejam. “ ucapku menyindir.
“Kau
tahu kan, aku sudah pernah bilang padamu. Aku melihatmu dari jauh.” Kau mengingatkanku
dengan ucapanmu beberapa bulan yang lalu.
“Yah,
aku masih ingat akan hal itu aku tak lupa. Hanya saja kau tak perlu seperti
ini. Lebih baik sikapmu seperti yang sebelum-sebelumnya. Hanya memperhatikan
dari jauh tanpa harus menampakkan dirimu dengan tindakan dan ucapan yang bisa
membuat seseorang bertanya-tanya dan penuh kebingungan.“
“Aku tak
bermaksud seperti itu. Maafkan aku jika tindakan ku melanggar aturan yang telah
ku buat sendiri.”
“Aku
senang kau sadar dengan apa yang sudah kau lakukan. Aku bersyukur dan juga
berterima kasih tapi ku harap ini untuk yang terakhir kalinya kau bersikap
seperti ini. Alangkah lebih baik jika kita hanya berdiskusi untuk hal-hal yang
membuat kita merasa nyaman untuk saling berbagi. Karena sejujurnya aku merasa
tak nyaman dengan tindakanmu.”
“Baiklah,
aku mengerti,” jawabmu sembari bangkit dari tempat duduk dan berjalan
menghampiriku. “Tapi, ada satu hal yang aku tak ingin kau melarangku untuk
melakukannya dan aku harap kau bisa mengerti.”
“Hal
apa? Ku rasa aku bisa memberikan toleransi jika itu tak melanggar hukum, norma,
dan nilai dalam masyarakat.”
“Tidak.
Hal ini tak melanggar apapun dari semua yang kau khawatirkan. Baiklah, karena
kau sudah setuju ku rasa aku bisa pergi dengan tenang.” Ia berjalan perlahan ke
arahku dan kemudian mengangkat tangannya mengelus rambutku. “Hal ini yang
kumaksudkan.” Ucapmu sambil tersenyum.
“Aku
pergi.” Ucapmu berbalik dan melambaikan tangan.
TO
BE CONTINUED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih