Pages

Rabu, 26 Oktober 2016

TALK WITH RAIN (4)


Malam ini udara sedikit dingin mungkin karena hujan tadi sore yang masih menyisakan dinginnya untuk malam ini. Tirai merah maroon melambai-lambai ditiup angin dari jendela yang masih terbuka. Saat aku berniat untuk menutupnya mataku menangkap sosok yang melambaikan tangannya sembari tersenyum. Aku bergegas ke beranda untuk menemuinya. Kudapati ia duduk di kursi kayu favoritku sedang menatap tanaman bunga yang ada di depannya. Ia menyadari langkah kakiku dan kemudian menoleh. Tangan kanannya mengisyaratkan padaku untuk duduk di sampingnya. Aku memilih duduk di seberangnya. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang sedikit mengabaikannya.
Seperti biasa, hanya diam tanpa bicara keheningan terasa merambat dan  menggantung di atas kepala menjadikan udara dingin semakin terasa.  Serasa beku.
“Aku datang untuk menjengukmu.” Ucapmu memecah kebekuan. “Aku senang kali ini aku tepat waktu. Tadinya aku khawatir karena mungkin kau tak akan menyadarinya seperti waktu itu.” Ia tersenyum menatapku.

Aku hanya diam sibuk dengan pikiranku sendiri. Kedatangannya kali ini tak seperti sebelumnya. Jedanya sangat tipis. Kurasa baru dua hari berselang ketika dia tiba-tiba datang mengunjungiku. Kali ini dia datang lagi. Tumben. “Ku rasa pertanyaan yang bodoh jika aku bertanya kau tau darimana kalau aku sedang tidak sehat, kan? Ujarku.
“Kau selalu tahu kabarku, tahu semua tentangku, dan entah kenapa aku merasa seperti itu adalah hal biasa yang tak seharusnya diributkan. Entah kenapa, aku dengan suka rela menerima keadaan yang seperti ini....” hening sejenak. “Terkadang kau sangat kejam. “ ucapku menyindir.
“Kau tahu kan, aku sudah pernah bilang padamu. Aku melihatmu dari jauh.” Kau mengingatkanku dengan ucapanmu beberapa bulan yang lalu.
“Yah, aku masih ingat akan hal itu aku tak lupa. Hanya saja kau tak perlu seperti ini. Lebih baik sikapmu seperti yang sebelum-sebelumnya. Hanya memperhatikan dari jauh tanpa harus menampakkan dirimu dengan tindakan dan ucapan yang bisa membuat seseorang bertanya-tanya dan penuh kebingungan.“
“Aku tak bermaksud seperti itu. Maafkan aku jika tindakan ku melanggar aturan yang telah ku buat sendiri.”
“Aku senang kau sadar dengan apa yang sudah kau lakukan. Aku bersyukur dan juga berterima kasih tapi ku harap ini untuk yang terakhir kalinya kau bersikap seperti ini. Alangkah lebih baik jika kita hanya berdiskusi untuk hal-hal yang membuat kita merasa nyaman untuk saling berbagi. Karena sejujurnya aku merasa tak nyaman dengan tindakanmu.”
“Baiklah, aku mengerti,” jawabmu sembari bangkit dari tempat duduk dan berjalan menghampiriku. “Tapi, ada satu hal yang aku tak ingin kau melarangku untuk melakukannya dan aku harap kau bisa mengerti.”
“Hal apa? Ku rasa aku bisa memberikan toleransi jika itu tak melanggar hukum, norma, dan nilai dalam masyarakat.”
“Tidak. Hal ini tak melanggar apapun dari semua yang kau khawatirkan. Baiklah, karena kau sudah setuju ku rasa aku bisa pergi dengan tenang.” Ia berjalan perlahan ke arahku dan kemudian mengangkat tangannya mengelus rambutku. “Hal ini yang kumaksudkan.” Ucapmu sambil tersenyum.
“Aku pergi.” Ucapmu berbalik dan melambaikan tangan.


TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih