Hai, hai... eyke kembali dengan review novel pertama yang ku
selesaikan baca di Januari 2018 ini. ^_^
Novel ini adalah rekomendasi dari RM BTS. Kaget juga dibalik
RM yang terlihat idealis ternyata menyukai bacaan yang romantis dan mellow.
Oke, cukup basa basinya, let’s start.
TOKOH
Ada beberapa tokoh dalam novel ini yang saya tak masukkan
karena saya hanya memasukkan tokoh-tokoh yang memiliki andil besar dalam perkembangan
cerita.
Louisa Clark
Seorang gadis biasa berumur 26 tahun. Ceria, suka mengobservasi sekelilingnya. Pada
awalnya berkeja di sebuah cafe yang akhirnya ditutup dan membawanya bertemu
Will Traynor. Tak memiliki
mimpi, hidup biasa-biasa saja, tak memiliki inspirasi, tak pernah bepergian
jauh keluar dari kota kecilnya. Memiliki selera berpakaian yang unik. Tak
menyukai menonton film yang ada teksnya karena menurutnya itu melelahkan. Memiliki
trauma masa remaja akibat pelecehan.
Will Traynor
Seorang
pemuda yang aktif, menyukai bepergian dan berpetualang, penggemar olahraga ekstrim. Tampan
dan mapan karakter yang sangat bertolak belakang dari Louisa Clark. Tidak
sebelum kecelakaan itu terjadi yang mengharuskan ia duduk di kursi roda seumur
hidupnya. Menyukai film dan musik klasik.
Treena
Adik Louisa
yang sangat bertolak belakang dari Louisa. Memiliki seorang anak bernama Thom, egois dan merasa pendapatnya selalu benar. Tapi, dia adik yang baik.
Camilla Traynor
Ibu kandung
Will. Sosok wanita anggun dan berkelas yang dengan susah payah memnyembunyikan
perasaannya di balik tampang datarnya.
Nathan
Seorang perawat dan teman untuk Will. Telaten, pekerja
keras, pendengar dan pengamat yang baik.
Patrick
Pacar Louisa yang terobsesi pada ksehaan, diet sehat,
karbohidrat dan olahraga lari.
Cerita novel ini berlatar belakang di Strortfold, sebuah
kota kecil di pinggiran kota London. Louisa anak pertama dari dua bersaudara
yang hidup datar-datar saja. Tinggal bersama di sebuah rumah kecil dengan orang
tua, kakek, serta adiknya yang telah memiliki seorang anak. Pada awalnya ia tak
terlalu memikirkan kehidupannya. Tapi setelah cafe tempatnya bekerja ditutup
dan adiknya memutuskan untuk melanjutkan kuliah kembali serta kedua orang
tuanya bergantung pada uang yang ia hasilkan yang akhirnya menuntunnya pada sebuah
lamaran pekerjaan yang kemudian mengubah
hidupnya.
Ia diterima bekerja pada keluarga Traynor. Salah satu
keluarga kaya di kota kecil itu sebagai seorang perawat. Ia harus merawat
seorang penderita quadriplegia. Sebuah keadaan dimana penderita lumpuh dari dada
sampai ke bawah diakibatkan cedera tulang belakang. Ia sempat heran karena ia
sama sekali tak memiliki pengalaman merawat seseorangtapi diterima bekerja. Di
sinilah pertama kali ia bertemu Will. Pertemuan pertamanya dengan Will tak berjalan
dengan baik dikarenakan sikap Will yang sangat sinis padanya. Will menganggap
semua orang yang bekerja untuknya sama saja. Hanya memandangnya dengan raut
wajah kasihan padanya. Ia memperlakukan Louisa dengan dingin sampai suatu hari
terjadi adu mulut antara Louisa dan Will.
Sejak saat itu, sikap Will pada Louisa mulai bersahabat.
Will hampir tak percaya Louisa tak pernah melakukan sebagian besar yang pernah
ia lakukan. Bepergian, nonton film asing, menonton konser, atau pergi ke
tempat-tempat jauh yang kau inginkan. Perlahan namun pasti, Will mulai membuka
pikiran Louisa agar menikmati hidupnya
selagi sempat. Dan Louisa merasa sangat senang karena banyak hal baru yang
didapatkannya dari Will. Sampai kemudian, ia tak sengaja mendengarkan
pembicaraan Georgina, adik Will dan Camilla Traynor tentang rencana Will yang
ingin agar ia diizinkan untuk mati. Ternyata, alasan Louisa diterima bekerja
walaupun tidak memiliki kualifikasi karena ibunda Will menganggap dengan sifat
ceria Lousia, ia mampu mengubah pendirian Will.
Louisa yang tak terima karena tak diberitahukan alasan
sebenarnya dan tak tertera pada kontrak kerjanya memutuskan untuk mengundurkan
diri. Ia pun sempat menulis surat pengunduran dirinya tapi kemudian ditolak
olah ibunda Will dengan alasan Will mulai berubah semenjak Louisa menjadi
perawatnya yang diyakini ibunda Will sebagai tanda Will masih dapat berubah
pikiran tentang keinginannya untuk mati. Pertemuan keduanya membuat Louisa
memiliki rencana-rencana masa depan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Kebersamaan
yang terjalin antara Louisa dan Will melahirkan benih-benih cinta antara mereka
berdua. Apakah cinta Louisa mampu merubah pendirian Will?
Novel ini adalah perjuangan Will dan Louisa dalam menghadapi
situasi mereka masing-masing yang terhubung seperti benang merah.
Kesimpulan
Secara keseluruhan saya menyukai ceritanya. Cara penulis
menggambarkan tokoh-tokoh dan menguraikannya sangat mudah dipahami. Apalagi
novel terjemahan ini sangat tebal dengan 600an lebih halaman yang cukup membuat
pembaca bosan jika penulis tak jeli. Pengandaian-pengandaian yang dipakai oleh
penulis juga sangat fresh dan baru
yang terkadang mebuat saya tersenyum simpul ketika membacanya.
Dalam novel ini, ada sebuah pertanyaan yang sangat sensitif
yang saya yakin masih menimbulkan kontroversi sampaisekarang jika dibahas.
Karena selama ini kita hanya mendengar hak untuk hidup. Setiaporang berhak
untuk hidup. Tapi, bagaimana jika ada kasus seperti ini yang menginginkan hak
untuk mati? Bagaimana jika ada seseorang seperti Will Traynor yang merasa
hidupnya sudah tak berarti lagi. Ia tak merasa lagi hidup karena kehidupannya
sudah tak ada dikarenakan hanya bisa duduk di kursi roda? Jika dalam keadaan
seperti ini, apakah hak untuk mati dapat dibenarkan?
Saya tak ingin membuat spoiler tentang akhir ceritanya
seperti apa. Silahkan anda membacanya dan
menebak sendiri...Selamat membaca ^_^
FYI, saya iseng
mencari nama Stortfold di Google dan fakta yang saya temukan bukan Stortfold
tapi Stotfold. Stotfold adalah sebuah kota kecil dan paroki sipil* di daerah
Bedforeshire, Inggris. Di abad ke 19, Stotfold dianggap sebagai daerah yang
penduduknya kaya dan makmur.
* Di Britania Raya dan Republik
Irlandia, sebuah paroki
sipil adalah wilayah yang ditetapkan, dan di beberapa bagian Inggris
tingkat terendah dari pemerintah daerah, di bawah dewan distrik
dan provinsi.
Paroki sipil memiliki asal usul dalam sistem gereja
paroki, tetapi paroki sipil sering menyimpang dari arti ini seiring berjalannya
waktu. Karena tidak ada sistem pemerintahan lokal di negara-negara bagian di
Kerajaan Inggris, penggunaan paroki sipil bervariasi antara Inggris, Wales, Irlandia
Utara, dan Skotlandia. Beberapa tempat di Inggris dan Wales, biasanya
dalam kota
atau kabupaten,
dapat diklasifikasikan sebagai daerah yang tidak berparoki. Paroki sipil di
Republik Irlandia secara luas sudah tidak digunakan, meskipun tetap ada dalam
hukum Irlandia. Paroki sipil berkisar dari permukiman individu dan lingkungan
terdekat mereka hingga daerah-daerah ribuan hektare berisi banyak pemukiman
padat penduduknya ke divisi kota. (cr: WIKIPEDIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih