Duduk
bersandar di dinding sambil menatap langit sore yang mendung. Kau datang dengan
tiba-tiba mengusir mereka yang berlalu lalang di jalan. Dari rintik-rintik
berubah mejadi gerimis dan kemudian turun dengan lebatnya. Aku hanya menghela
nafas panjang melihat perbuatanmu yang seenaknya. Tak ada yang bisa memprediksi
dengan pasti apa yang akan kau lakukan. Kau menyapaku dengan suaramu yang
terdengar agak keras di telingaku.
“Sedang
apa kau di situ?,” sapamu padaku.
“Aku
hanya sedang menikmati langit sore yang mendung,” jawabku singkat. Aku menatapmu, kau masih seperti dulu dengan raut wajah dan tampilan yang sama. aku telah mengenalmu sejak lama, bahkan aku pun tak menyadarinya.Kau
menatapku dengan penuh tanya,tampaknya kau ingin mengatakan sesuatu.
“Kenapa?
Kau ingin mengatakan sesuatu?...” tanyaku padamu.
“Kau
terlihat sedih, apa yang sedang kau pikirkan? Biasanya aku selalu melihatmu
tersenyum jika aku datang,” cerocosmu dengan suara yang tambah keras saja
terdengar di telingaku.
“Maukah
kau menceritakannya padaku?,” katamu yang terdengar seperti berharap.
Aku terdiam, masih menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ku berikan padamu.
Aku terdiam, masih menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ku berikan padamu.
“Mmmm…
kau pasti tersinggung jika ku ceritakan, apakah tak masalah bagimu?,” aku balik
bertanya.
“Mmmm…
mungkin aku akan tersinggung, tapi aku akan coba untuk mendengarkan terlebih
dahulu,” jawabmu terlihat yakin.
Kau
masih seperti itu, menyirami apapun yang ada di permukaan bumi. Aku
terdiam,masih mengumpulkan keyakinan apakah harus menceritakannya atau tidak.
“Ayolah,
ceritakan padaku,”jawabmu terlihat bersemangat.
“Baiklah,
aku akan menceritakannya padamu,” jawabku.”Sebenarnya, aku cemburu padamu,”
kataku memulai cerita.
“Padaku?
Kenapa?, raut wajah terkejut terlihat di wajahmu.
“Karena
dia menyukaimu,” jawabku singkat.
“Aku
masih tak mengerti…” jawabmu dengan wajah penuh kebingungan.
“Dia
menyukaimu sejak lama. Sebelum bertemu denganku dia telah lebih dulu
menyukaimu, bahkan saat bersamaku dia masih menyukaimu, sampai akhirnya dia
lebih memilih untuk melepasku, dia masih menyukaimu.” Jelasku.
“Aku
tak tahu harus berkata apa, tapi kenapa dia menyukaiku?” tanyamu padaku.
“Aku
pun tak tahu, mungkin karena kau bisa menyembunyikan kesedihannya. Bahkan dalam
keadaan apapun dia tak berniat untuk menghindarimu,” tambahku.
“Tapi,
bukankah kau pun menyukaiku? Tanyamu.
“Iya,
aku tak bisa bohong akan hal itu. Aku pun menyukaimu, tapi itu tak akan merubah
apa pun bahwa aku menyukaimu dan juga cemburu padamu.” Jawabku.
Perlahan-lahan
suaramu mereda dan kemudian berhenti. Menyisakan tetes-tetes air yang jatuh
dari atap bangunan. Aku bangkit dari duduk ku berjalan perlahan sembari menatap
langit yang mulai kembali cerah sehabis hujan. Aku tersenyum, “Ada pelangi”.
Ucapku perlahan.