Pages

Sabtu, 29 Maret 2014

Percakapan dengan Hujan (Part 1)



Duduk bersandar di dinding sambil menatap langit sore yang mendung. Kau datang dengan tiba-tiba mengusir mereka yang berlalu lalang di jalan. Dari rintik-rintik berubah mejadi gerimis dan kemudian turun dengan lebatnya. Aku hanya menghela nafas panjang melihat perbuatanmu yang seenaknya. Tak ada yang bisa memprediksi dengan pasti apa yang akan kau lakukan. Kau menyapaku dengan suaramu yang terdengar agak keras di telingaku.
“Sedang apa kau di situ?,” sapamu padaku.
“Aku hanya sedang menikmati langit sore yang mendung,” jawabku singkat. Aku menatapmu, kau masih seperti dulu dengan raut wajah dan tampilan yang sama. aku telah mengenalmu sejak lama, bahkan aku pun tak menyadarinya.Kau menatapku dengan penuh tanya,tampaknya kau ingin mengatakan sesuatu.
“Kenapa? Kau ingin mengatakan sesuatu?...” tanyaku padamu.
“Kau terlihat sedih, apa yang sedang kau pikirkan? Biasanya aku selalu melihatmu tersenyum jika aku datang,” cerocosmu dengan suara yang tambah keras saja terdengar di telingaku.
“Maukah kau menceritakannya padaku?,” katamu yang terdengar seperti berharap.
Aku terdiam, masih menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ku berikan padamu.
“Mmmm… kau pasti tersinggung jika ku ceritakan, apakah tak masalah bagimu?,” aku balik bertanya.
“Mmmm… mungkin aku akan tersinggung, tapi aku akan coba untuk mendengarkan terlebih dahulu,” jawabmu terlihat yakin.
Kau masih seperti itu, menyirami apapun yang ada di permukaan bumi. Aku terdiam,masih mengumpulkan keyakinan apakah harus menceritakannya atau tidak.
“Ayolah, ceritakan padaku,”jawabmu terlihat bersemangat.
“Baiklah, aku akan menceritakannya padamu,” jawabku.”Sebenarnya, aku cemburu padamu,” kataku memulai cerita.
“Padaku? Kenapa?, raut wajah terkejut terlihat di wajahmu.
“Karena dia menyukaimu,” jawabku singkat.
“Aku masih tak mengerti…” jawabmu dengan wajah penuh kebingungan.
“Dia menyukaimu sejak lama. Sebelum bertemu denganku dia telah lebih dulu menyukaimu, bahkan saat bersamaku dia masih menyukaimu, sampai akhirnya dia lebih memilih untuk melepasku, dia masih menyukaimu.” Jelasku.
“Aku tak tahu harus berkata apa, tapi kenapa dia menyukaiku?” tanyamu padaku.
“Aku pun tak tahu, mungkin karena kau bisa menyembunyikan kesedihannya. Bahkan dalam keadaan apapun dia tak berniat untuk menghindarimu,” tambahku.
“Tapi, bukankah kau pun menyukaiku? Tanyamu.
“Iya, aku tak bisa bohong akan hal itu. Aku pun menyukaimu, tapi itu tak akan merubah apa pun bahwa aku menyukaimu dan juga cemburu padamu.” Jawabku.
Perlahan-lahan suaramu mereda dan kemudian berhenti. Menyisakan tetes-tetes air yang jatuh dari atap bangunan. Aku bangkit dari duduk ku berjalan perlahan sembari menatap langit yang mulai kembali cerah sehabis hujan. Aku tersenyum, “Ada pelangi”. Ucapku perlahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih