Saat ini, aku sedang ingin menikmati susu coklat hangat
sambil menonton drama. Memang dari dulu susu coklat hangat seakan tak pernah
lepas jauh mengisi sebagian rutinitas harianku. Seakan telah menjadi candu,
candu yang sangat manis. Ku raih jaket abu-abu kesayanganku, mengenakannya dan
tak lupa memakai jilbab hitam andalanku. Ternyata warung samping rumahku sedang
tak buka. Aku memutuskan untuk pergi ke warung seberang jalan. Ini adalah hal
yang sangat jarang ku lakukan, keluar rumah pukul 21.00 WITA hanya untuk
membeli susu coklat di warung seberang jalan. Walalupun susu coklat sangat
menggoda tapi biasanya rasa malas lebih dulu menang dari ku untuk pergi
membelinya di warung seberang jalan. Jangan diikuti, itu kebiasaan buruk.
Dengan santai ku langkahkan kakiku menikmati malam. Ah,
langit malam begitu muram kali ini. Tak ada satu pun bintang yang terlihat. Dalam
perjalanan pulang, kenangan itu berkelebat kembali. Tapi kali ini, salah
seorang yang memiliki hubungan darah denganku sedang mengalami hal yang pernah
ku alami dulu. Dia baru menyadari seperti itu ternyata rasanya apa yang ku
rasakan dulu. Aku lebih banyak mendengarkan ceritanya dan memberikan tanggapan
berdasarkan pengalaman. Perkataan selalu lebih mudah daripada tindakan, aku
hanya berharap dia kuat menghadapinya di saat pikirannya yang saat ini
membutuhkannya untuk lebih berkosentrasi pada tugas akhir.
Masalah hati, cinta, dan perasaan memang selalu tak dapat
ditebak. Bisa saja manis, pahit, asam, asin tergantung pada kisah yang dialami
setiap orang. Dan yang ku rasakan . . . . payau.