Senin, 26 Juni 2017 merupakan hari yang sangat
mengguncang hati. Hari yang masih dalam suasana fitri tiba-tiba berubah menjadi
kelabu. Sebuah pesan singkat masuk di grup sosial media mengabarkan berita
kepergianmu. Hati dan tubuhku mendadak gemetar, seketika lemas. Perasaan tak
percaya memenuhi kepala dan ruang berpikir logisku. Sempat marah pada kawan
yang menuliskan kabar duka itu dengan menuduhnya bahwa itu bukanlah sesuatu
yang pantas untuk jadi bahan candaan. Aku tahu dia tak akan pernah menjadikan
hal itu sebagai sebuah candaan karena teman itu pun merasakan hal yang sama seperti
yang ku rasakan.
Aku jatuh terduduk di sudut kamarku dengan suara
tangis yang langsung pecah tak dapat ku tahan. Ya Allah, kau adalah sosok yang
luar biasa bagi sepenggal perjalanan hidupku. Kau mungkin tak menyadarinya
karena begitulah sosokmu hampir ke setiap orang yang kau kenal. Tapi tidak
bagiku. Kau yang entah sejak kapan telah menjadi salah seorang yang ku
andalkan.
Ditengah tangisanku berkelebat memori kenangan
lama. Mengingat kembali awal pertemuanku dengan dirimu. Sayangnya, aku tak
ingat lagi dengan jelas momen perkenalanku denganmu. Aku hanya mengingat, kau
memperkenalkan dirimu dengan nama “Ang”.
“Panggil saja saya, Ang,” begitu katamu
memperkenalkan diri padaku disuatu sore. Aku hanya menanggapi dengan kernyitan
di dahi karena teringat salah satu tokoh kartun yang namanya mirip denganmu.
Setelah itu, tanpa sadar aku menjadi akrab denganmu. Seorang yang periang
dengan candaan yang lebih sedikit garingnya dan banyak lucunya. Sifat yang
sangat bertolak belakang denganku. Efek positifnya adalah aku lebih sering
tersenyum dan tertawa. Katamu, wajahku menjadi lebih berekspresi dibanding
awal-awal perkenalan ku denganmu. Kehadiranmu menjadikan khayalanku dulu yang
ingin mempunyai kakak laki-laki menjadi kenyataan.
Hari ini. Rabu, 04 Oktober 2017 tepat 100 hari
kepergianmu. Aku tak menyangka percakapan gaje kita di bulan April adalah
percakapan terakhirku denganmu. Dan ketika akhirnya aku mengunjungimu setelah
sekian lama bukanlah dengan canda gurau khasmu yang sering kau lontarkan tetapi
dengan Al-Fatihah dan Yasin yang ku bacakan untukmu. Aku sadar bahwa selama ini
aku lebih banyak menerima darimu. Maafkan aku yang selama ini selalu menerima. Kali
ini, giliranku untuk membalasmu melalui doa. Kau orang yang baik itu terbukti dengan
sampai saat terakhirmu pun kau lakukan untuk menolong orang lain. Kau pergi
dengan meninggalkan banyak kenangan manis pada orang-orang yang mengenalmu. Terima
kasih kak Ang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Anehmu.
Silahkan berkomentar ^_^.
ありがとう、Terima Kasih